PANDEGLANGNEWS.CO.ID, - Peneliti ahli madya Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Mohamad Ramdhan meminta masyarakat di sekitar wilayah Selat Sunda dapat segera beradaptasi menghadapi fenomena alam seperti gempa, tsunami, dan erupsi.
Menurutnya, adaptasi menjadi penting lantaran kawasan tersebut memiliki potensi gempa maksimal magnitudo (M) 8,7 dengan potensi tsunami hingga 20 meter.
Baca Juga: Kenali Lebih Jauh Ciri Ciri Serangan Jantung, Penyakit yang Menewaskan Putri Nurul Arifin
“Seandainya terjadi, kita harus siap, gempa bumi, tsunami dan erupsi untuk memikirkan bagaimana beradaptasi,” ujarny seperti dilansir dari Republika, 25 Januari 2022.
Ia mengatakan, bahwa gempa yang terjadi di Kabupaten Pandeglang M 6,6 belum lama ini merupakan foreschock atau energi yang dirilis sedikit-sedikit sebelum main schok atau energi maksimal gempa.
Baca Juga: Bank BTN Resmikan Kantor Cabang Pembantu Pandeglang, Hadirkan Pelayanan Terbaik untuk Masyarakat
Berdasarkan kajian BMKG, kata dia, Pulau Sumatra hingga Jawa bagian barat pergeseran lempeng membuat banyak sumber gempa yang dapat menjadi ancaman.
"Sebab, sumber gempanya tidak hanya dari zona subduksi, tetapi juga dari sesar Sumatra dan sesar yang ada di Jawa," tuturnya.
"Selain itu, longsoran Gunung Krakatau telah mengakibatkan tsunami pada 2018 dan paling fenomenal dengan ketinggian lebih dari 30 meter akibat erupsi 1883," sambungnya.
Ia menilai, bahwa pulau Jawa bagian barat memiliki penduduk yang tinggi dan daerah mayoritas kawasan wisata.
Baca Juga: Profil Maura Magnalia Putri Sulung Dari Nurul Arifin, Meninggal Dunia di Meja Makan karena hal ini
"Sehingga tugas kita semua meningkatkan kesiapsiagaan, meningkatkan adaptasi dengan fenomena alam,” imbaunya.
Ia menuturkan, jika dibandingkan dengan gempa di Malang M6,0, karakter gempa Banten terbilang merusak.