PANDEGLANGNEWS.CO.ID, - Tradisi nyirih kini hanya tersisa dalam sebuah masyarakat tradisional, yang notabene sedikit terpapar oleh proyek modernitas atau proses pembaratan secara intensif. Tradisi nyirih memberikan hikmah tentang perjalanan proses keterputusan dan sekaligus kesinambungan sebuah tradisi dari masa lalu.
Sekalipun kini tradisi mengunyah sirih hanyalah fenomena kecil di tengah-tengah masyarakat, bagi yang pernah mengunjungi pelosok-pelosok negeri dari Sumatera, Sulawesi, ataupun Indonesia bagian timur seperti Nusa Tenggara Timur hingga Papua bisa dipastikan masih akan ditemui kebiasaan ini.
Budaya mengunyah sirih yang sering disebut dalam banyak bahasa daerah, antara lain, "nyirih", "nginang", "bersugi", "bersisik", "menyepah", atau "nyusur", setidaknya hingga kini masih terlihat lazim dilakukan oleh generasi tua, baik laki-laki maupun perempuan, di sejumlah daerah.
Baca Juga: Biodata Sandiah Ibu Kasur, Sosok Pendidikan Anak Indonesia yang Jadi Google Doodle Hari Ini
Belum diketahui asal-usulnya secara pasti. Konon, tradisi mengkonsumsi sirih dan pinang telah dimulai sejak zaman neolitikum. Sekitar 3.000 tahun yang lalu, hal itu sudah menjadi kebiasaan masyarakat Asia Tenggara.
Ada pendapat yang beranggapan jika tradisi itu berasal dari India. Namun pandangan lain menyebutkan, tradisi ini kemungkinan berasal dari kepulauan Nusantara. Ini didasarkan pada asumsi, pinang dan sirih sendiri diduga kuat ialah tanaman asli di kepulauan Indonesia.
Selain itu, juga menyimak pentingnya posisi nyirih bagi orang Indonesia terlihat mencapai tingkatan yang lebih dalam ketimbang di daerah lain di seputar Asia. Hal ini tercermin dari hadirnya tradisi nyirih dalam hampir semua ritual. Bahkan menurut catatan Anthony Reid (2018), dari ritual kelahiran, inisiasi kedewasaan, perkawinan, hingga kematian; dari ritual dan praktik penyembuhan, hingga ritual persembahan kepada roh leluhur.
Boleh dikata, di masa lalu mengunyah sirih atau nyirih di Indonesia bukanlah soal preferensi individual, melainkan keniscayaan dari ritus sosial bagi setiap orang dewasa. Tidak menawarkan sirih, atau menolak nyirih saat ditawari, bahkan akan dicap sebagai penghinaan.
Baca Juga: Link Live Streaming Hari ini, The Dadies VS Tuan Rumah di Ajang Final India Open 2022. Cek Disini!
Menariknya, di sepanjang daerah di Indonesia bicara bahan untuk menyirih pun nisbi serupa. Secara umum ada tiga unsur utama dari bahan nyirih, yakni pinang, daun sirih, serta kapur sirih yang dalam bahasa Indonesia biasa disebut "injet", yang terkadang bahan ini didapatkan dari melumat cangkang kerang.
Yang bisa dikata membedakan tradisi ini di pelbagai wilayah di Nusantara ialah berupa kepercayaan-kepercayaan yang menyertai tradisi itu. Namun, terlepas dari perbedaan itu, pinang dan sirih sejak ribuan tahun tampaknya telah dimuliakan dalam kebudayaan-kebudayaan lokal Indonesia.
Kosa Kata dan Ritual
Potret masa lalu dari fenomena mendarah dagingnya tradisi pinang nyirih ini, bukan saja terindikasi kuat dalam keragaman istilah untuk kedua bahan ini, tapi juga lekat dalam praktik ritual pernikahan adat di Nusantara.
Artikel Terkait
Jarang Diketahui, Inilah 3 Manfaat Air Hujan Bagi tubuh Manusia, Simak Ulasannya!
Inilah Daftar 10 Handphone BlackBerry Yang Pernah Berjaya di Zamannya, Simak Ulasannya
Cek Sekarang, Ternyata Kepribadianmu Bisa Dilihat Dari Beberapa Cara Memegang Handphone, Simak Selengkapnya
Hati-Hati, Segera Hindari 4 Sikap Ini, Jika Tidak Ingin Rezeki Kamu Seret. Apa Saja? Simak Ulasannya
Biodata Sandiah Ibu Kasur, Sosok Pendidikan Anak Indonesia yang Jadi Google Doodle Hari Ini